BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 23 November 2009

ANALISIS KELOMPOK BARONGSAI DAN LIONG

Latar Belakang

Keberagaman bukanlah hal yang aneh lagi bagi masyarakat Indonesia. Sekurang-kurangnya terdapat 300 suku bangsa (Geertz dalam Sanjatmiko, 1999; Suryadinata, 1999) yang mendiami seluruh wilayah nusantara. Dari sejumlah golongan etnis (suku bangsa) tersebut secara umum bangsa Indonesia terbagi dalam dua golongan besar yakni golongan etnis pribumi seperti etnis Jawa, Sunda, Batak, Minang dan golongan etnis pendatang seperti etnis India, Arab, Eropa (yang diwakili Portugis dan Belanda) serta etnis Cina. Di bidang agama, setidaknya ada lima agama yang resmi diakui oleh pemerintah yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha dan Hindu serta satu aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Suryadinata, 1999; Sanjatmiko, 1999).

Kesemuanya itulah yang membentuk satu masyarakat yang masuk dalam wadah negara Republik Indonesia. Untuk menjaga kondisi aman dan tentram dalam kemajemukan bangsa Indonesia diperlukan bentuk hubungan antarkelompok yang harmonis. Adanya toleransi antargolongan etnis dan antarumat beragama merupakan satu bentuk keharmonisan yang perlu dipertahankan.

Pemerintah Orba yang lahir pascaperistiwa Gerakan 30 September 1965 memutuskan bahwa hanya ada satu cara untuk menyelesaikan masalah Cina yakni melalui proses asimilasi (Lan dalam Wibowo, 1999). Solusi ini juga dijadikan sebagai solusi nasional sebagaimana tercermin pada berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Orba berkenaan dengan masyarakat etnis Cina. Semua dilakukan agar masyarakat etnis Cina dapat terasimilasi dengan baik dan prasangka buruk terhadapnya berkurang. Beberapa peraturan itu adalah keputusan Presidium Kabinet No. 127/U/Kep/1966 mengenai pergantian nama sehingga mulai saat itu masyarakat etnis Cina harus memakai nama khas Indonesia bukan nama khas Cina. Instruksi Presiden No. 14/1967 yang mengatur agama, kepercayaan dan adat-istiadat keturunan Cina akibatnya setiap warga etnis Cina harus masuk dalam agama-agama yang resmi diakui oleh pemerintah dan pagelaran seni seperti tari Barongsai dilarang dipertontonkan di depan khalayak umum (dicabut oleh pemerintah berdasarkan Keppres No. 6/2000). Peraturan lainnya seperti keputusan Presiden No. 240/1967 mengenai kebijakan pokok yang menyangkut Warga Negara Indonesia (WNI) keturunan asing, serta Instruksi Presidium Kabinet No. 37/U/IN/1967 tentang kebijakan pokok penyelesaian masalah Cina (Lan dalam Wibowo, 1999; Warta Kota, 20 Januari 2000; Kompas, 5 Februari 2000) turut memperkuat kebijakan asimilasi tadi. Hasil nyata dari beberapa peraturan tadi adalah berkurangnya tampilan budaya Cina dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang keadaan seperti ini, muncullah beberapa penelitian yang berusaha mengungkap persoalan-persoalan di balik masalah antaretnis tersebut. Setidaknya terdapat tujuh penelitian psikologi yang menyentuh masalah hubungan antaretnis ini. Tema-tema penelitian yang telah diangkat antara lain: persepsi antaretnis di Indonesia (Warnaen, 1978), jarak sosial (Waluyo, 1989), penerimaan golongan Cina beragama Islam/Non-Islam (Mauludi, 1989), sistem kepercayaan-ketidakpercayaan (Simbolon, 1989), nasionalisme golongan etnis Cina (Rimadewi, 1989), persepsi terhadap siswa golongan etnis Cina (Tjun, 1990), persepsi tentang diskriminasi (Arief, 1997).

Dari sekian penelitian yang pernah dilakukan tersebut, belum ada yang mengungkap secara eksplisit bagaimana sebenarnya sikap masyarakat pribumi terhadap masyarakat golongan etnis Cina pada umumnya. Sikap itu sendiri dapat didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh seseorang tentang suatu kelompok sosial dalam dimensi yang global seperti positif-negatif, baik-buruk, disukai-tidak disukai dan sebagainya (Esses, Zanna, Haddock; 1993). Dengan mengetahui sikap masyarakat golongan pribumi terhadap masyarakat golongan etnis Cina, kita dapat mengetahui sejauh mana golongan etnis Cina dinilai positif atau negatif, baik atau buruk, disukai atau tidak disukai oleh golongan pribumi. Berangkat dari hal tersebut, kita dapat melihat apakah sikap masyarakat terhadap masyarakat golongan etnis Cina cukup berperan dalam kesenjangan hubungan antara kedua golongan etnis tersebut.

Kelompok etnis merupakan kelompok yang mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu seperti agama, ras, wilayah dan budaya dan tradisi tersendiri. Aspek-aspek yang terkait dengan kelompok etnis adalah aspek fisik, aspek psikologis dan aspek sosial budaya. Menurutnya aspek fisik adalah mengenai rasa penerimaan diri atas atribusi fisik pada etnis atau ras seperti warna kulit, jenis rambut, dan bentuk fisiologis lainnya. Pada aspek psikologis hal ini menunjukkan rasa kepedulian pada komitmen pada kelompok etnis atau ras, termasuk rasa bangga pada keanggotaan dan tanggung jawab pada kelompoknya. Dan yang terakhir, aspek sosial budaya merupakan perwujudan tingkah laku individu terhadap masalah sosial budaya dan isu-isu kemasyarakatan.

Profil Kelompok Barangsai dan Liong “Tri Pusaka”

Kelompok barongsai dan liong berdiri sejak tanggal 25 Juni 1998. kelompok ini Asal mula berdirinya kelompok tersebut adalah dari Wu Shu yang berkembang menjadi olah raga seni dan budaya yaitu barongsai dan liong (naga). Wu Shu merupakan seni olahraga dari Negara Cina, Tiongkok yang lebih mengedepakkan seni bela diri. Wu Shu berkembang ke arah barongsai dan liong. Selama Kelompok ini masih di Wu Shu, Bpk. Heru Subianto memiliki keinginan, dorongan untuk mengembangkan kea rah barongsai dan liong. Berdirinya kelompok ini di dukung oleh Bapak Budi Darmawan dan Bapak Widarto sebagai ketua “MAKIN” yang mengkoordinasi sehingga terbentu kelompok ini.

Whu Shu dan Barongsai maupun liong memiliki hubungan erat dengan seni olahraga dan seni yang di padukan menjadi sesuatu yang menarik dan indah baik seni geraknya, musik dan keterpaduan gerakan dengan musik. Barongsai dan liong pada zaman orde baru kurang berkembang karena pemerintah melarang dan orang takut memainkan barongsai atau liong bias dibelokkan ke arah politik olehmasyarakat pribumi.

Barongsai memiliki makna penting di dalam budaya atau keyakinan orang-orang Cina baik yang tingal di Indonesia maupun di luar negeri.. Kepercayaan orang Cina sejak zaman dulu hingga sekarang adalah dengan melakukkan dan menyelunggarakan atraksi barongsai atau liong di percaya dap pengusiran roh jahat atau aura jahat di suatu tempat tertentu. Selain itu, pada zaman dahulu teradapat anggapan bahwa barongsai menunjukkan kegagahan. Dalam memainkan barongsai dan liong, pemain harus memiliki jiwa seni tinggi dalam mengolah gerak dengan musik menjadi keterpaduan yang baik.

Kelompok barongsai dan liong Tri Pusaka berpusat di SMP Tri Pusaka. Tidak lepas dari nama kelompok tersebur latihan anggota-anggotanya adalah di SMP dan SMA TRI PUSAKA SURAKARTA. Visi dari kelompok barongsai dan liong ”Tri Pusaka” adalah menjadi suatu hiburan yang positif dan dapat diterima masyarakat sebagai suatu budaya tanpa ada unsur politis.. Sedangkan misi dari kelompok tersebut antara lain menjadi suatu kelompok yang berkembang serta mengharumkan nama baik perkumpulan maju tidak hanya meraih juara ditingkat daerah melainkan di tingkat Internasional.Tujuan dari organisasi ini tidak jauh dari visi dan misi mereka.

Tujuan dari kelompok barongsai dan liong “Tri Pusaka” adalah:

  • Memupuk jiwa persatuan dan solidaritas antar anggota.
  • Memupuk rasa persaudaraan sesama anggota, juga dengan anggota kelompok lain serta masyarakat.
  • Dapat ikut dan menjadi juara baik di tingkat daerah hingga ASEAN.
  • Turut berusaha melestarikan budaya dan seni.
  • Membentuk jasmaniah yang kuat.
  • Menyalurkan bakat anggotanya secara wajar.

Peraturan-peraturan kelompok barongsai dan liong “Tri Pusaka” adalah

  • Tidak boleh bergabung dengan kelompok lain yang sejenis.

Hal itu di karenakan ada kemungkinanan kelompok lain yang sejenis memsasukkan anggota tersebut untuk ikut suatu perlombaan di sisi lain anggota tersebaut memperjuanggkan kelompok ini untuk meraih juara. Apabila anggota kelompok ini masuk ke kolompok lain tetapi tidak sejenis, di perbolehkan asalkan tidak meganggu latihan.

  • Menghormati anggota yang lebih tua

Kelompok ini mempunyai budaya untuk mengghormati yang lebih tua sehingga antara anggota baru maupun anggota lama dapat berjalan baik yang aka menciptakakkan suasana kondusif.

  • Disiplin, anggota harus tepat waktu dalam mengikuti latihan secara terus-menerus.
Anggota harus mengikuti jadwal latihan secara rutin yaitu 1 minggu/3 kali.
  • Membimbing anggota yang lebih muda

Saling bantu membantu terutama sebagai anggota yang lama harus memberi contoh dan arahan kepada anggota baru yang berdampak pada perkembangan anggota dalam kemampuannya menggerakkan atau memainkan barongsai secara indah..

Syarat-syarat untuk dapat menjadi anggota barongsai dan liong “Tri Pusaka”adalah

  • Memiliki semagat tinggi dan motivasi yang kuat untuk maju.
  • Mengisi dan menyerahkan formulir pendaftaran serta tanpa di pungut biaya.
  • Mempunyai disiplin yang tinggi dan mampu mematuhi peraturan yang ada.
  • Memiliki fisik yang kuat dan sehat.

Sanksi-sanksi yang diberikakan tehadapa anggota yang tidak disiplin antara lain:

  • Selama latihan tidak mengikuti 3 kali tanpa alasan yang jelas akan mendapatkan hukuman dari pelatih biasanya hukuman fisik misalnya lari mengelilingi lapangan, puss up dan lain-lain tetapi dalam jumlah yang wajar dari pelatih.
  • Selama latihan tidak mengikuti 5 kali tanpa alasan yang jelas dinggap sudah kelar dari anggota apabila masuk lagi akan dianggap anggota baro.
  • Selama latihan melakukkan kesalahan yang cukup vatal akan di keluarkan dari keanggotaan kelompok tersebut oleh ketua secara langsunG.

Syarat masuk kelompok ini cukup mudah tetapi dalam pelaksanaan setalah diterima menjadi anggota menjadi berat. Setelah menjadi anggota harus mematuhi peraturan dan norma yang berlaku di kelompok ini. Anggota setiap latihan harus berlatih fisik terlebih dahulu, dalam memainkan barongsai dan liong (naga) jiwa seni anggota harus di munculkan dan dikembangkan untuk meciptakakn gerakan-gerakan indah.

KegitanKelompok Barongsi dan Liong ”Tri Pusaka”

Latihan dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan anggota. Latihan dilakukan 1 minggu 3 kali setiap hari rabu, jum’at dan minggu pada pukul 16.00-18.00 WIB. Sarana latihan barongsai yang digunakan 2 buah barongsai, kursi kayu, tonggak besi, matras sedangkan prasarana :pakaian dan alat-alat musik. Sarana latihan liong yang digunakann 1buah liong sedangkan prasarana pakaian dan alat musik.

  • Barongsai

Barongsai dimainkan oleh 2 orang (kepala dan ekor) dan dibutuhkan Tim musik yang berjumlah 6 orang bisa laki-laki atau wanita. Anggota barongsai berjumlah 35 orang diantaranya 6 orang wanita, umurnya bervariasi dari 28 sampai 29 tahun bahkan ada yang hampir umur (om yanbing dan Om yanbeng). Biasanya pemain belakang dilakukan oleh anggota berfisik kuat dan bentuk tubuh lebih besar tetapi tidak mencolok Alat-alat musiknya berupa : Tambur (1 orang), Simbal (4 orang) dan bendi /ling (1 orang). Latihan barongsai dari tingkatan dasar hingga menjadi mahir. Mahir artinya anggota mampu menggerakan barongsai sesuai dengan musik secara selaras dan harmonis. Latihan dasar : latihan fisik gerakan dasar seperti gerakan kepala , langkah kaki dan lain-lain serta mengikuti arahan pembimbing. Setelah 3 bulan anggota dibimbing dan dilatih untuk mengkombinasikan gerakan dasar hingga muncul mimik sesuai dengna musik. Ada 2 tipe permainan barongsai yaitu di lantai dan latihan di tonggak.

Kreteria orang yang di ikutka lomba liong yaitu a). Umur anggota sesuai dengan tingkatan lomba yaitu tingkat junior (8 tahun) dan tingkat seneor (28-29 tahun) 2) Telah di orbitkan oleh pelatih, umumnya sudah selama 2 tahun atau kurang dari 2 tahun (minimal 1 tahun) tetapi mempunyai potensi untuk ikut lomba. lomba barongsai di bagai menjadi 2 jenis yaitu bermain di lantai dan bermain di atas tonggak (tiang besi). Permainan di lantai maupun di tonggak memiliki kesulitan masing-masing dalam memunculkan mimik barongsai (ekspresi misalnya saat berjalan, mengantuk, terkejut, berlari-lari dan lain-lain) yang disesuaikan dengan musik. Dalam satu tahun mengikuti lomba lebih dari 2 perlombaan barongsai. Lomba yang pernah diikuti antara lain lomba-lomba sejawa tengah dan lomba tingkat nasional (presiden cup). Sebagian besar mendapatkan juara dari mengikuti lomba-lomba terakhir tahun 2008 mendapat juara 1di permainnan tonggak dan juara 3 di permainan lantai di tingkat nasional (presiden cup).

  • Liong (naga)

Liong dimainkan oleh 10 orang (1 orang memegang bola api) dan tim musik 6 orang. Anggota liong berjumlah 25 orang laki-laki sebagian besar berumur 15 sampai 25 tetapi ada juga yang berumur 54 tahun (pak Kelik). Latihan mengguakan liong dan alat musik. Alat-alt musik yang digunakan tidak jauh beda dengan barongsai tetapi ada penambahan alat musik yaitu : Tambur (1 orang), Simbal (2 orang), ling/bendi (1 orang), rebab (1 orang), dan seruling (1 orang). Tempat latihan ini juga di gunakan oleh ABRI, KOPASUS, KOSTRAT dan BRIMOB untuk latihan liong(naga).

Kreteria orang yang di ikutka lomba liong yaitu a). orang-orag yang berumur antara 15-25 tahun karena masih memiliki fisik yang kuat dan aktaktif 2). Telah di orbitkan oleh pelatih, umumnya sudah selama 2 tahun atau kurang dari 2 tahun (minimal 1 tahun) tetapi mempunyai potensi untuk ikut lomba. Panjang liong yang di pertandingankan ada 2 jenis yaitu liong dengan panjang 21 dan 19 meter di ukur dari kepala hingga ekor. Lomba yang pernah diikuti antara lain lomba-lomba sejawa tengah dan lomba tingkat nasional (presiden cup). Dalam satu tahun mengikuti lomba lebih dari 2 perlombaan liong. Lomba-lomba yang pernah di ikuti sebagian besar mendapatkan juara tetapi tidak sebaik barongsai.

Komunikasi antar anggota barongsai dan liong tinggi. Inteaksi antar anggota berorientasi positif misalnya saling membimbing, saling menghormati. Konflik yang sering terjadi adalah konflik interpersonal dan konflik intragrup. Kelompok ini tetap bertahan karena setiap masalah diselesaikan secara kekeluargaan dan musayawarah. Pengambilan keputusan kelompok ini dengan metode kesepakatan bersama. Masalah-maslah yang muncul di kelompok ini disampaikan kepada ketua barongsai kemudian di diskusikan bersama-sama secara kekeluargaan. Kesepakatan bersama diartikan sebagai opini kolektif pada kelompok melalui musyawarah bersama. Hubungan sosial individu-individu dalam kelompok ini membentuk konfigurasi tertentu. Konfigorasi berbentuk jala (network).

Proses terbentuknya kelompok ini berdasarkan:

1. Teori Kedekatan (Propinquity Theori)

Teori ini mengaggap seseorang berhubungan dengan orang lain, disebabkan karena ruang dan daerah. Pendekatan ini hanya melihat permukaan dari gejala-gejala berkelompok dan kurang melihat kompleksitas. Contoh : anggota kelompok barongsai dan liong ”Tri Pusaka” berasal dari tempat yang sama atau bertempat tinggal di surakarta.

2. Teori yang dikembangkan oleh Humans

teori ini berdasarkan aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi dan setimen-setimen (perasaan atau informasi). Contoh: anggota ini mempunyai aktifitas-aktifitas tigggi terutama dalam latihan, antar anggota terjadi interaksi langsung yang sifatnya terus-menerus (saling membimbing) yang menimbulkan perasaan menghormati dan menghargai antar anggota.

Tempat-tempat yang digunakan untuk atraksi barongsai dan liong adalah:

  • Kegiatan ritual (tolak bala) yang dilaksanaakan di tempat ibadah (klenteng)
  • Rumah seseorang yang mengundang kelompok ini untuk melakukkan ritual tolak bala.
  • Pembukaan pertokoan, rumah makan maupun peresmian jalan, jembatan, pabrik-pabrikkarena atarksi barongsai dan liong dianggap membawa berkah atau keuntungan.
  • Atraksi barongsai dan liong dapat dilakukkan di berbagai tempat yang dianggap membawa bencana disebut juga ”kirap”.

Selama pertunjukan barongsai , hamparan warga bukan Tionghoa memadati klenteng untuk menyaksikan kelincahan para pemain barongsai dan liong (naga) dengan tertib dan penuh semangat. Masyarakat memberikan tepuk tangan meriah, ketika adegan-adegan bagus ditampilkan para pemain. Seusai pertunjukan yang digelar oleh para pemain yang mayoritas adalah pemuda bukan Tionghoa itu, warga yang memadati halaman kelenteng membubarkan diri dengan tertib dan tenang.

StrukturKelompok Barongsi dan Liong ”Tri Pusaka”

Kelompok Barongsai

Ketua : Bpk. Heru Subianto

Wakil ketua : Bpk. Adi Candra

Bendahara kelompok barongsai dan liong : Ibu Indriani

Kelompok Liong (Naga)

Ketua : Bpk. Hengki

Selama berdirinya kelompok ini Bpk. Heru Subianto telah menjadi ketua selama 9 tahun. Bapak Heru Subianto mempunyai keinginan menyerahkan jabatan sebagai ketua kepada orang lain dengan syarat. Syarat-syarat menjadi ketua kelompok barongsai dan liong Tri Pusaka antara lain :

  • Suka atau senang dengan barongsai dan liong, apabila seseorang menyenangi sesuatu akan memberikan semangat dalam mengerjakan tugasnya.
  • Memiliki pengetahuan dan informasi untuk membangun kelompok ini.
  • Mempunyai jiwa kepemimpinan
  • Mampu mengkoordinasi anggota
  • Mampu memberi motivasi terhadap anggota
  • Mampu memanfaatkan peluang demi tercapainya tujuan bersama
  • Memikrkan kemajuan kelompok.

Manfaat Kelompok Barongsi dan Liong ”Tri Pusaka”

Manfaat kelompok ini bagi anggota adalah:

  • Menambah pengetahuan dan informasi bagi anggota.
  • Kelompok memperkenalkan dan mendorong jiwa seni anggota sehingga mampu menciptakan gerakan-gerakan yang indah dalam memainkan barongsai.
  • Memberikan kepuasan jasmani karena merupakan salah satu bentuk olahraga.
  • Memberikan kebanggaan tersendiri bagi anggota karena yang mengikuti lomba barongsai disetarakan dengan atlet-atlet olahraga lainnya.

Manfaat kelompok ini bagi kelompok lain adalah:

  • Membina hubunga yang harmonis dengan kelompok lain.
  • Membimbing kelompok lain yang membutuhkan bantuan dari kelompok Tri Pusataka karena cikal bakal kelompok barongsai dan liong yang terdapat di Surakarta.

Manfaat kelompok ini bagi masyarakat adalah:

  • Menjadi salah satu hiburan yang positif sehingga masyarakat menerima dan merespon positi tentang seni budaya barongsai dan liongBagi kepercayaan Cina dapat menolak bala atau roh jahat

Kendala-kendala yang dihadapai kelompok ini adalah: Masalah dana yaitu mengenai problem sponsor untuk mendukung perkembangan kelompok ini agar kelompok tersebut menjadi maju. Biaya yang cukup besar digunakan untuk melakukan perawatan-perawatan dan pembelian sarana prasarana barongsai maupun liong. Perawatan dilakukan untuk menjaga sarana prasarana yang layak digunakan untuk latihan maupun mengikuti lomba misalnya seragam pakaian alat musik, barongsai dan liong Harga-harga barongsai dan liong serta perlengkapannya misalnya : 1 barongsai dan pakaian dari produksi lokal harganya mencapai Rp 3,5-4 juta, 1 liong harganya mencapai Rp 6-7 juta serta pembelian atribut lain seperti bendera, vandel (lambang kelompok).

0 komentar: